Jurnalpurwasuka.com – Karawang | Perhatian publik Sumatra Utara terfokus pada langkah politik mantan Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi, yang secara resmi sudah mendaftar ke sejumlah partai politik untuk berkompetisi dalam kontestasi Pilgub Sumut 2024. Namun, ditengah kesibukannya dengan persiapan kampanye politik, Edy Rahmayadi menunjukkan tindakan yang menarik perhatian: mengunjungi rumah duka dan memberikan belasungkawa kepada keluarga almarhum Heng Toa A, pemilik penggilingan padi di desa Paya Geli, Sunggal, Deli Serdang, pada Sabtu malam 4/5/2024.
Kehilangan Heng Toa A, seorang figur yang menjadi pilar kebaikan dan keindahan budaya Tionghoa di tengah-tengahnya, tidak hanya meninggalkan kesedihan mendalam bagi masyarakat lokal, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya memelihara keragaman budaya dan solidaritas di tengah-tengah perubahan zaman. Almarhum meninggalkan dunia pada hari Rabu dini hari setelah berjuang dengan penyakit yang dihadapinya (1/5/2024).
Kehadiran Edy Rahmayadi sebagai mantan pemimpin daerah dalam momen duka tersebut menunjukkan kepeduliannya terhadap keberagaman dan solidaritas di Sumatra Utara. Tindakan tersebut menggarisbawahi pentingnya mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan di tengah-tengah kegiatan politik yang seringkali keras dan kompetitif.
Meskipun almarhum beragama Buddha, upacara pemakaman dipimpin oleh seorang pendeta yang pakaian dan tata cara persembahyangan mirip dengan budaya Kong Hu Tcu (5/5/2024). Hal ini menunjukkan semangat toleransi dan kebersamaan dalam menghormati kepercayaan dan budaya yang berbeda.
LKPPI berkesempatan menyaksikan rangkaian upacara duka, mulai dari prosesi di rumah duka hingga mengantar jenazah ke pemakaman. Kehadiran LKPPI dan tokoh masyarakat lainnya menunjukkan dukungan dan penghargaan mereka terhadap almarhum Heng To A, yang telah menjadi teladan kebaikan dan kepedulian.
Kehadiran pelayat dari berbagai latar belakang etnis dan agama menunjukkan betapa almarhum dihormati dan dicintai oleh semua kalangan. Keindahan budaya Tionghoa yang terwujud dalam upacara pemakaman tersebut menjadi bagian integral dari keindahan dan keharmonisan Medan sebagai kota yang multikultural.
Selamat jalan, Heng Toa A. Semoga perjalananmu ke alam baka diberkahi dan kebaikanmu akan terus menginspirasi generasi-generasi mendatang. (Red)